Kalauseseorang meninggal di dalam kondisi dosa berat dan tidak bertobat, maka dia akan masuk ke dalam api neraka. (lih. Yak 1:15). Pembedaan antara dosa berat dan ringan ada, sebab Kitab Suci membedakan keduanya (lih. 1Yoh 5:16-17): 1) ada dosa yang mendatangkan maut (dosa berat) dan 2) ada dosa yang tidak mendatangkan maut (dosa ringan). Tentang dosa berat, Katekismus Gereja Katolik, menuliskan: KGK 1855 Dosa berat merusakkan kasih di dalam hati manusia oleh satu pelanggaran berat
DOSA kepada sesama manusia lebih berat daripada dosa kepada Allah SWT. Allah Maha Pemaaf sehingga dosa kita bisa dihapuskan asalkan kita istighfar dan bertobat. Namun, dosa atau kesalahan terhadap sesama manusia, belum tentu semudah menghapus dosa kepada Allah karena manusia tidak sepemaaf Allah.⁣ BACA JUGA Masya Allah, Ini Dzikir Pelebur 2500 Dosa ⁣ “Barangsiapa yang mempunyai kezhaliman kepada saudaranya mengenai hartanya atau kehormatannya, maka diminta dihalalkanlah kepadanya dari dosanya itu sebelum datang hari di mana nanti tidak ada dinar dan dirham hari kiamat, di mana akan diambil dari pahala amal kebaikannya untuk membayarnya. Kalau sudah tak ada lagi amal kebaikannya, maka akan diambil dari dosa orang yang teraniaya itu, lalu dipikulkan kepada orang yang menganiaya itu.” HR Bukhari ⁣ Dosa-dosa yang berhubungan dengan manusia. Dosa seperti ini yang paling sulit dan menyusahkan. Seperti mencuri harta orang lain, membunuh orang lain, menuduh orang lain berzina, memfitnah orang lain, menzalimi orang lain.⁣ ⁣ Dosa-dosa yang berkaitan dengan manusia tidak cukup hanya sekedar bertaubat kepada Allah, tetapi juga mesti meminta maaf dan keikhlasan dari orang yang pernah disakiti. Maka dari itu, jangan biasakan menyakiti hati orang lain, karena proses pertaubatannya pun sangat susah. ⁣ ⁣ Begitu pula yang berkaitan dengan urusan harta benda, tidak cukup dengan sekedar taubat, tapi mesti harus mengembalikan harta yang pernah dicuri ataupun hutang. Kalau tidak mampu mengembalikan, akuilah perbuatan itu kepada orang yang bersangkutan dan mintalah maaf dan keikhlasannya.⁣ ⁣ Kekhilafan di antara sesama manusia hanya akan terbebas setelah dapat saling memaafkan di antara mereka. Inilah otoritas Allah yang diberikan kepada manusia. Allah sendiri tidak akan memaafkan seseorang atas kesalahan yang pernah diperbuatnya dengan sesama manusia, sebelum di antara mereka sendiri dapat saling memaafkan.⁣ ⁣ Namun demikian, sangat mulia jika kita menjadi manusia pemaaf. ⁣ ⁣ ”Hendaklah mereka memberi maaf dan melapangkan dada, tidakkah kamu ingin diampuni oleh Allah?” QS. An-Nur22. ⁣ BACA JUGA Sifat-sifat Dosa ⁣ ”Jika kamu memaafkan, melapangkan dada serta melindungi, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” ⁣ QS Al-Taqhâbun 14. [] SUMBER FIQIHWANITA
Sebabrasa seronok. Tetapi, pernah tak kita terfikir, setiap maksiat yang kita lakukan pasti akan ada KESAN SAMPINGAN yang terjadi. 1. Ia pasti ada PUNCA. 2. Ia pasti akan memberikan KESAN. Pasti. Di dalam dunia ini juga, setiap perbuatan dan tindakan kita, PASTI akan ada punca dan kesan. Kesan sama ada baik, atau buruk.
Dosa besar atau Dosa berat bahasa Inggeris mortal sin , Latin peccata mortalia dalam teologi Katolik adalah perbuatan atau perbuatan yang sangat berat serius, yang boleh membawa kepada hukuman kekal jika seseorang tidak dibebaskan daripada dosa ini sebelum kematian. Dosa dianggap "kubur" apabila ia secara kualitatif memisahkan orang yang melakukannya daripada rahmat Tuhan yang menyelamatkan . Dosa jenis ini perlu dibezakan daripada " dosa kecil " yang mengakibatkan melemahnya hubungan seseorang dengan Tuhan, dan daripada " dosa kekal " yang secara semula jadinya tidak boleh disesali. Tidak kira berat atau tahap keterukan, seseorang sentiasa boleh menyesali dosa besar yang telah dilakukan. Penyesalan itu, bersama dengan keazamannya untuk bertaubat, membolehkan seseorang memperoleh penyesalan atau pengampunan. Ilustrasi zaman pertengahan Neraka dalam manuskrip Hortus deliciarum yang disusun oleh Herrade of Landsberg sekitar 1180. Menurut ajaran Katolik, penyesalan yang tidak sempurna, ditambah dengan tekad yang kuat untuk tidak mahu berbuat dosa lagi, boleh memulihkan hubungan seseorang dengan Tuhan, serta dari rahmat Tuhan yang menyelamatkan. Dalam keadaan biasa, pemulihan sedemikian diperolehi melalui pengampunan yang diterima dalam Sakramen Pertobatan . Walau bagaimanapun, kerana pengampunan dan belas kasihan Tuhan tidak dibatasi oleh Sakramen Pendamaian, adalah mungkin dalam keadaan luar biasa untuk dosa berat diampuni melalui penyesalan sepenuhnya, yang merupakan tindakan manusia yang timbul daripada cinta seseorang kepada Tuhan. [1] Apabila taubat sepenuhnya menjadi cara memulihkan hubungan seseorang dengan Tuhan, ia juga memerlukan niat atau keazaman untuk segera mengaku semua dosa berat yang tidak pernah diakui dan menerima pengampunan dalam pengakuan sakramen. Keazaman untuk mengaku dosa secepat mungkin ini tidak melihat kemungkinan sama ada seseorang itu mempunyai akses kepada sakramen atau tidak. [2] Istilah "dosa berat" dianggap berasal dari Perjanjian Baru dalam Alkitab . Khususnya, dicadangkan bahawa istilah ini berasal dari 1 Yohanes 516-17. [3] Dalam ayat itu, penulis Surat menulis bahawa "ada dosa yang membawa maut."
Pertama ketakutan Murid-murid. Teks kita berkata, "mereka merasa cemas dan juga orang-orang yang mengikuti dari belakang, mereka merasa takut.". Kata Yunani yang diterjemahkan "cemas" di sini berarti "heran.". The Geneva Bible of 1599 menerjemahkannya dengan "terganggu.". Idenya adalah bahwa mereka heran, takjub dan sangat
Sebagaimana telah dibahas sebelumnya bahwa Imam al-Ghazali membagi perbuatan dosa dalam tiga kategori yang masing-masing memiliki cara tersendiri untuk meleburnya. Kategori pertama adalah dosa yang berkaitan dengan berbagai kewajiban yang telah ditetapkan oleh Allah atas para hamba-Nya. Pelanggaran atas kategori dosa yang pertama ini, pelaku dituntut untuk mengqadha kewajiban yang telah ditinggalkannya. Kategori kedua adalah dosa yang berkaitan antara seorang hamba dengan Allah. Pelaku dosa ini dituntut untuk bertobat dengan sepenuh hati, juga dituntut untuk menyusuli perbuatan jeleknya dengan perbuatan baik yang berkebalikan, dengan harapan perbuatan baik itu dapat melebur perbuatan jelek tersebut. Adapaun dosa kategori yang ketiga Imam al-Ghazali menuturkan والثالث ذنوب بينك وبين العباد وهذا أشكل وأصعب Artinya “Ketiga, dosa-dosa antara kamu dan para hamba. Dosa macam ini lebih rumit dan lebih berat.” Dosa kategori yang ketiga adalah dosa yang terjadi di antara sesama hamba Allah, sesama umat manusia. Dosa dalam kategori ini dianggap oleh para ulama sebagai dosa yang lebih berat risikonya dibanding dosa yang terjadi antara seorang hamba dengan Allah. Ini dikarenakan dosa antarsesama manusia lebih banyak menuntut tindakan-tindakan tertentu untuk bisa meleburnya. Dosa antarsesama umat manusia ini bisa jadi menyangkut harta benda, jiwa, kehormatan, kesucian, ataupun agama. Masing-masing memiliki cara tersendiri bila seorang yang menyalahinya ingin melebur dosa tersebut. Bagaimana bila dosa berkaitan dengan harta orang lain? Perbuatan dosa antarsesama yang berkaitan dengan harta bisa berupa mengambil hak milik orang lain tanpa seijinnya, merampas, menjual sesuatu dengan adanya unsur penipuan seperti menyembunyikan cacat barang yang dijual, menjual dengan mengurangi timbangan, mencampur barang jualan yang berbeda kualitas tanpa sepengetahuan pembelinya, mengurangi upah pekerja dari jumlah yang semestinya dibayar, dan lain sebagainya. Untuk melebur dosa semacam ini pelaku mesti mengembalikan harta yang didapatkannya secara tidak sah kepada pemiliknya, bila memungkinkan. Namun bila ia tidak mungkin melakukannya karena harta yang ia ambil telah tiada atau karena ia tak memiliki apapun untuk mengganti dan mengembalikannya, maka yang mesti ia perbuat adalah meminta halal kepada pemiliknya agar harta yang telah ia ambil secara tidak sah itu ia relakan dan halalkan. Bagaimana bila jalan itu tak mungkin dilakukan disebabkan, misalnya, sang pemilik harta tak diketahui keberadaannya atau telah meninggal dunia? Maka jalan yang bisa ditempuh adalah dengan bersedekah atas nama pemilik barang tersebut, bila memungkinkan. Bila langkah itu juga tidak mungkin dilakukan? Maka perbanyaklah melakukan perbuatan-perbuatan baik, amalan-amalan saleh, dan ketaatan-ketaatan yang sekiranya besok dihari kiamat saat kebaikan itu ditimbang bobotnya sebanding dengan bobot perbuatan zalim yang dilakukan kepada sang pemilik harta. Bila tidak, maka bersiaplah untuk menanggung dosa pemilik harta yang dizalimi itu. Dan bila itu terjadi, maka kerugian dan kecelakaan akan menimpa pelaku dosa semacam ini. Tidak cukup sampai di sini. Ia juga mesti benar-benar bertobat, kembali kepada Allah, berdekat-dekat dan merajuk kepada-Nya lahir dan batin, agar kelak di hari kiamat Ia berkenan memintakan keridloan kepada orang yang dizalimi haknya itu. Demikian secara beruntun jalan yang mesti ditempuh untuk menghapus dosa antarsesama bila kezaliman yang dilakukan menyangkut harta. Bagaimana bila menyangkut jiwa? Imam al-Ghazali dalam Minhȃjul Abidȋn dan Syekh Ihsan Jampes dalam Sirȃjut Thȃlibȋn menuturkan, orang yang melakukan kesalahan pada orang lain yang berkenaan dengan jiwa, seperti membunuh misalnya, maka ia bisa melebur dosa perbuatan zalimnya itu dengan memberi kesempatan kepada orang yang dizalimi atau kepada ahli warisnya untuk melakukan qishash kepada dirinya. Namun bila hal ini tidak dimungkinkan karena orang yang dizalimi atau keluarganya tidak diketahui keberadaannya atau telah meninggal semua, maka jalan yang mesti ditempuh adalah bertobat, kembali kepada Allah, mendekati dan merajuk-Nya agar kelak di hari kiamat Ia berkenan memintakan maaf dan keridhaan kepada orang yang dizalimi. Agar dengan pemaafan itu ia di hari kiamat terbebas dari besarnya kerugian sebagai akibat dari kezaliman yang dilakukannya. Bila dosa itu menyangkut kehormatan atau nama baik? Adapun bila kesalahan itu berkaitan dengan nama baik seseorang, seperti menggunjing, menuduh, membuat-buat berita bohong tentangnya atau mencacinya, maka yang mesti dilakukan oleh pelakunya adalah mengingkari dirinya sendiri atas apa yang telah ia lakukan. Bila sebelumnya ia menuduh, mencaci atau menggunjing di hadapan seseorang, maka di hadapan orang itu pula ia mesti menyatakan pengingkarannya terhadap perilaku salah yang telah ia lakukan itu. Ia mesti sebutkan bahwa apa yang pernah ia katakan adalah suatu kebohongan. Dengan itu semua ia mengembalikan nama baik orang yang dizaliminya. Tak cukup sampai di situ. Ia juga mesti meminta maaf dan halal kepada orang yang dicemarkan nama baiknya itu. Dalam hal ini ia mesti menyebutkan secara rinci apa saja kesalahan yang telah ia perbuat. Tak cukup hanya meminta maaf dengan tidak menyebutkan perilaku salahnya secara jelas. Karena bisa jadi saat kesalahan-kesalahan itu disampaikan kepadanya hatinya tak merasa senang dan menjadikanya sebagai simpanan yang kelak di hari kiamat akan ia ambil dari pahala-pahala kebaikan sang pelaku. Tentunya permintaan maaf dan halal ini dilakukan bila memungkinkan. Bila tidak, sebab yang bersangkutan tak diketahui keberadaannya, telah meninggal dunia, atau dikhawatirkan akan timbul fitnah, maka tak ada jalan lain yang mesti dilakukan selain memperbanyak melakukan kebaikan-kebaikan agar kelak di hari kiamat dapat dijadikan pengganti atas kesalahan tersebut. Sang pelaku juga mesti memperbanyak istighfar untuk orang yang dicemarkan nama baiknya dan banyak berdekat-dekat kepada Allah agar kelak berkenan memintakan kerelaan untuknya dari orang yang disalahi. Selanjutnya bila kesalahan yang dilakukan berhubungan dengan kesucian seseorang, seumpama berkhianat dengan menzinahi istri atau anak perempuannya, maka tak ada jalan untuk meminta maaf dan menuturkan kesalahannya. Karena meminta maaf dan menuturkan kesalahannya itu justru akan menimbulkan fitnah dan kemarahannya. Maka jalan yang bisa ditempuh adalah dengan berdekat-dekat kepada Allah dan memohon dengan sepenuh hati agar kelak di hari kiamat berkenan mengupayakan kerelaan dari orang yang dikhianatinya itu. Namun bila dirasa akan aman dan tidak akan menimbulkan kemarahan besar—dan ini jarang sekali terjadi—maka langkah meminta maaf perlu ditempuh. Bila orang yang dikhianati mau memaafkan dengan sepenuh hati dan berlapang dada, selesailah urusannya, terleburlah dosanya. Namun bila setelah diungkapkannya kesalahan ternyata orang yang dikhianati itu tak juga memberi maaf dengan senang hati dan lapang dada maka sang pelaku tetap menanggung kesalahannya. Jalan yang mesti ia tempuh adalah berbaik-baik dengan orang yang dikhianatinya. Ia mesti berusaha sekuat tenaga melakukan berbagai kebaikan kepadanya agar luluh hatinya dan mau memberikan maaf kepadanya. Sebab biasanya bila seseorang banyak menerima perilaku baik dari orang lain maka hatinya akan condong kepadanya dan membalas kebaikannya. Maka dengan melakukan dan memberikan banyak kebaikan kepada orang yang dikhianati diharapkan ia akan berkenan memberikan maafnya. Namun bila cara itu juga tak membuat luluh hatinya dan tak mau memberikan maafnya, maka diharapkan di hari kiamat nanti semua usaha dan upaya berbaik-baik kepadanya bisa menjadi penutup dan tebusan atas kesalahan yang telah dilakukan. Yang terakhir, bila kesalahan terhadap sesama manusia itu berkaitan dengan agamanya, seperti menuduh seorang muslim sebagai kafir, munafik, ahli bid’ah, atau sesat, maka hal in merupakan perkara yang terberat. Untuk menebus kesalahan ini orang yang melakukannya mesti menyatakan bahwa dirinya telah berbohong atas tuduhan-tuduhan tersebut di hadapan orang yang sama pada saat ia mengatakan tuduhan itu. Tak cukup itu. Ia juga harus memita maaf dan halal kepada orang yang dituduhnya bila memungkinkan. Bila tidak, maka ia mesti berdekat-dekat kepada Allah, berdoa dan merajuk kepada-Nya dan menyesalinya dengan sepenuh hati agar kelak di hari kiamat pada saat perhitungan amal Allah berkenan memintakan ridlo kepada orang yang dituduh tersebut. Alhasil, secara garis besar peleburan dosa terhadap sesama manusia adalah dengan meminta maaf dan halal kepada orang yang disalahi bila memungkinkan. Bila tidak, maka tak ada jalan lain selain berdekat-dekat kepada Allah, memohon dengan sepenuh hati agar kelak di hari kiamat berkenan menjadikan orang yang dizalimi mau merelakan dan memaafkannya. Bila orang yang disalahi tak juga memaafkan, maka satu-satunya harapan adalah kembali kepada Allah dengan segenap anugerah dan kebaikan-Nya. Ketika Allah mengetahui ketulusan hati seorang hamba dalam menyesali kesalahannya dan mencari maaf dari yang disalahinya, maka dengan anugerah-Nya yang besar Allah berkenan membuat orang yang disalahi menjadi ridlo kepada orang yang menyalahi. Wallahu a’lam. Yazid Muttaqin, santri alumni Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta, kini aktif dalam kepengurusan PCNU Kota Tegal.
Adatertulis di dalam Kitab Suci bahwa mereka telah mengakui dosa-dosa mereka kepada Yohanes Pembaptis [Mat 3:6], tetapi di dalam Kisah Para Rasul [19:18] mereka mengaku dosa kepada para Rasul." St. Yohanes Krisostomus, Imamat 3:5 { The Priesthood 3:5 }, 387 Masehi- "Para imam telah menerima sebuah kekuatan yang Allah telah berikan, tidak

Seorang manusia jika mempunyai dosa teramat banyak bahkan dosa tersebut terus berulang, dan sekarang mau bertaubat. Kita jangan berputus asa, jika benar mau bertaubat dan kembali jadi baik, Pintu taubat begitu terbuka. Allah berfirman di dalam alquran yang Artinya “Katakanlah “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong lagi.” QS. Az Zumar 53-54. Ayat di atas adalah seruan untuk segenap orang yang terjerumus dalam maksiat, baik dalam dosa kekafiran dan dosa lainnya untuk bertaubat dan kembali pada Allah. Ayat tersebut memberikan kabar gembira bahwa Allah mengampuni setiap dosa bagi siapa saja yang bertaubat dan kembali pada-Nya. Walaupun dosa tersebut amat banyak, meski bagai buih di lautan yang tak mungkin terhitung. Sedangkan ayat yang menerangkan bahwa Allah tidak mengampuni dosa syirik, itu maksudnya adalah bagi yang tidak mau bertaubat dan dibawa mati. Artinya jika orang yang berbuat syirik bertaubat, maka ia pun diampuni. Lihat keterangan Ibnu Katsir mengenai ayat di atas dalam kitab tafsir beliau. Manusia merupakan makhluk hidup yang paling sempurna yang allah ciptakan di muka bumi ini, manusia memiliki kebebasan dalam memilih dan manusia diberikan otak untuk berpikir yang mana yang baik dan yang mana yang buruk. Tetapi sesempurna nya manusia tetap saja tidak akan pernah luput dari salah dan dosa. Semua manusia pasti pernah melakukan kesalahan dan dosa, seperti disaat sedang bergaul di masyarakat. Seperti yang dijelaskan diatas sebesar apapun dosa manusia kepada allah subhanahu wata’ala , jika manusia itu bersungguh sungguh bertaubat, maka allah akan ampuni dosa – dosanya. Imam Al-Ghazali memberi penjelasan dalam Minhajul Thalibin ada tiga macam dosa dosa karena melalaikan kewajiban-kewajiban yang dimana diperintahkan Tuhan kepada hambanya, contohnya meninggalkan shalat, puasa, zakat, kafarat, dan lain-lain. dosa yang berhubungan dengan Allah, seperti minum khamar, makan harta riba, judi, dan lain-lain. Sesalilah perbuatan tersebut dan kuatkan hatimu untuk segera meninggalkannya dan tidak mengulangi dosa yang pernah dilakukan. dosa yang berhubungan dengan manusia. Dosa ini yang paling sulit dan menyusahkan. Seperti mencuri harta orang lain, membunuh orang lain, menuduh orang lain berzina, memfitnah orang lain. Dosa yang nomor tiga merupakan dosa yang paling berat dibanding dosa kepada allah subhanahu wa ta’ala. allah maha pemaaf yang dimana dosa kita akan terhapuskan asalkan kita beristighfar dan bertobat. Tetapi kesalahan yang kita lakukan kepada sesama manusia, belum tentu semudah menghapus dosa kepada allah , dikarenakan tidak semua manusia bisa memaafkan dan manusia tidak pemaaf allah. “Barangsiapa yang mempunyai kezhaliman kepada saudaranya mengenai hartanya atau kehormatannya, maka diminta dihalalkan lah kepadanya dari dosanya itu sebelum datang hari di mana nanti tidak ada dinar dan dirham hari kiamat, di mana akan diambil dari pahala amal kebaikannya untuk membayarnya. Kalau sudah tak ada lagi amal kebaikannya, maka akan diambil dari dosa orang yang teraniaya itu, lalu dipikulkan kepada orang yang menganiaya itu.” HR Bukhari Kesalahan atau dosa sesama manusia akan terhapus jika manusia tersebut saling memaafkan diantara mereka. Inilah otoritas allah yang diberikan kepada manusia. Dan Allah tidak akan memaafkan orang tersebut jika kesalahan yang diperbuat sesama manusia, sebelumnya di antara mereka sendiri dapat saling memaafkan. Kalau kita bisa saling memaafkan sangat mulia sekali, allah ta’ala berfirman ”Hendaklah mereka memberi maaf dan melapangkan dada, tidakkah kamu ingin diampuni oleh Allah?” QS. An-Nur22.

Sebagianorang yang berpoligami ada yang lebih cenderung dan berat kepada salah seorang istrinya, sehingga tak mengacuhkan yang lain. Seperti memberinya giliran menginap atau nafkah lebih banyak dari pada istrinya yang lain. tetapi dibayar dengan pahala atau dosa. Dalam kaitan hak antar sesama manusia Allah Y berfirman:
Hajinews – Jika kita berbuat dosa kepada Allah Ta’ala, maka ketahuilah bahwa Allah Maha Pemaaf sehingga dosa kita mudah dihapuskan asalkan kita istighfar dan bertobat. Namun dosa atau kesalahan terhadap sesama manusia, belum tentu semudah menghapus dosa kepada Allah, karena manusia tidak sepemaaf Allah Ta’ala. ” Barangsiapa yang mempunyai kezhaliman kepada saudaranya mengenai hartanya atau kehormatannya, maka diminta dihalalkanlah kepadanya dari dosanya itu sebelum datang hari di mana nanti tidak ada dinar dan dirham hari kiamat, di mana akan diambil dari pahala amal kebaikannya untuk membayarnya. Kalau sudah tak ada lagi amal kebaikannya, maka akan diambil dari dosa orang yang teraniaya itu, lalu dipikulkan kepada orang yang menganiaya itu.” HR Bukhari Dosa-dosa yang berhubungan dengan manusia seperti inilah yang paling sulit dan menyusahkan dan lebih berat. Seperti mencuri harta orang lain, ghibah terhadap orang lain, memfitnah orang lain, menzalimi orang lain, dsb. Dosa-dosa yang berkaitan dengan manusia tidak cukup hanya sekedar bertaubat kepada Allah saja, tetapi juga mesti meminta maaf dan keikhlasan dari orang yang pernah disakiti. Maka dari itu, jangan biasakan menyakiti hati orang lain, karena proses pertaubatannya pun sungguh sulit sekali. Begitu pula yang berkaitan dengan urusan harta benda, tidak cukup dengan sekedar taubat, tapi mesti harus mengembalikan harta yang pernah dicuri ataupun dihutangi. Kalau tidak mampu mengembalikan, akuilah perbuatan itu kepada orang yang bersangkutan dan mintalah maaf dan keikhlasannya. Kekhilafan di antara sesama manusia hanya akan terbebas setelah dapat saling memaafkan di antara mereka. Inilah otoritas Allah yang diberikan kepada manusia. Allah sendiri tidak akan memaafkan seseorang atas kesalahan yang pernah diperbuatnya dengan sesama manusia, sebelum di antara mereka sendiri dapat saling memaafkan. Namun demikian, sangat mulia jika kita menjadi manusia yang memiliki sifat pemaaf. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman وَلْيَـعْفُوْا وَلْيَـصْفَحُوْا ۗ اَ لَا تُحِبُّوْنَ اَنْ يَّغْفِرَ اللّٰهُ لَـكُمْ ۗ وَا للّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ “…Hendaklah mereka memberi maaf dan melapangkan dada, tidakkah kamu ingin diampuni oleh Allah? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” QS. An-Nur 22 Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman وَاِ نْ تَعْفُوْا وَتَصْفَحُوْا وَتَغْفِرُوْا فَاِ نَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ” Jika kamu memaafkan, melapangkan dada serta melindungi, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”QS. Al-Taqhâbun 14 Wallahu a’lam. Dari Abu Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata, ” Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ” Barangsiapa menunjukkan suatu kebaikan, maka ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang melakukannya.” HR. Muslim.

Jawaban Semua orang yang percaya kepada Tuhan berpikir: Tuhan Yesus menebus kita ketika Dia mati di kayu salib, jadi kita sudah dibebaskan dari semua dosa. Tuhan tidak lagi melihat kita sebagai orang berdosa. Kita telah menjadi orang benar melalui iman kita. Selama kita bertahan sampai akhir, kita akan diselamatkan. Ketika Tuhan kembali, kita akan langsung

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Dosa kepada sesama manusia itu lebih berat daripada dosa kepada Allah Maha Pemaaf sehingga dosa kita sangat mudah dihapuskan asalkan kita senantiasa beristighfar dan bertaubat. Namun, dosa atau kesalahan terhadap sesama manusia belum tentu semudah menghapus dosa kepada Allah swt, karena manusia tidak sepemaaf Allah dari kita masih banyak nih masih ngeremehin dosa sesama manusia, padahal dosanya jauh lebih berat. "Barangsiapa yang mempunyai kedzaliman kepada saudaranya mengenai hartanya atau kehormatannya, maka diminta dihalalkanlah kepadanya dari dosanya itu sebelum datang hari dimana nanti tidak ada dinar dan dirham hari kiamat, dimana akan diambil dari pahala amal kebaikannya untuk membayarnya. Kalau sudah tak ada lagi amal kebaikannya, maka diambil dari dosa orang yang teraniaya itu, lalu dipikulkan kepada orang yang menganiaya itu." HR. Bukhari. Dosa-dosa yang berhubungan dengan manusia. Dosa seperti ini yang paling sulit dan paling menyusahkan. Seperti mencuri harta orang lain, membunuh orang lain, menuduh orang lain berzina, memfitnah orang lain, dan mendzalimi orang yang berkaitan dengan manusia tidak cukup hanya sekedar bertaubat kepada Allah swt, tetapi juga mesti meminta maaf dan keikhlasan dari orang yang pernah tersakiti. Maka dari itu, jangan biasakan menyakiti hati orang lain, karena proses pertaubatannya pun sangat susah. Begitu pula yang berkaitan dengan urusan harta benda, tidak cukup dengan sekedar bertaubat. Tapi mesti mengembalikan harta yang pernah dicuri atau dihutang. Kalaupun tidak mampu untuk mengembalikan, maka akuilah perbuatan itu kepada orang yang bersangkutan dan mintailah maaf dan diantara sesama manusia hanya akan terbebas setelah dapat saling memaafkan diantara mereka. Inilah otoritas Allah swt yang diberikan kepada manusia. Allah sendiri tidak akan memaafkan seseorang atas kesalahan yang pernah diperbuatnya dengan sesama manusia, sebelum di antara mereka dapat saling memaafkan. Namun demikian, sangat mulia jika kita menjadi manusia yang pemaaf."Hendaklah mereka memberi maaf dan melapangkan dada, tidaklah kamu ingin diampuni oleh Allah?" QS. An-Nur 22"Jika kamu memaafkan, melapangkan dada serta melindungi, maka sesungguhnya Allah Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang." QS. Al-Taqhabun 14.Semoga Bermanfaat Lihat Cerpen Selengkapnya
CS39Hf.
  • 9f3ghoh44g.pages.dev/66
  • 9f3ghoh44g.pages.dev/264
  • 9f3ghoh44g.pages.dev/9
  • 9f3ghoh44g.pages.dev/334
  • 9f3ghoh44g.pages.dev/230
  • 9f3ghoh44g.pages.dev/114
  • 9f3ghoh44g.pages.dev/169
  • 9f3ghoh44g.pages.dev/321
  • 9f3ghoh44g.pages.dev/390
  • dosa kepada manusia lebih berat